SEJARAH NEGERI HARURU
Adapun masyarakat hukum adat SOU-LEY LATAKUA MARAMAHU (YALAHATAN) itu adalah manusia yang berasal dari Nunusaku
dan terdiri dari tiga soa besar yakni
a.SOA MALAFUTE, Anamimina
b.SOA LUMAKIKA,Anahataleane
c.SOA WARALATU,Anamumuri
Soa Malafute dan Soa Lumakika
berasal dari Lumute sedangkan Soa Waralatu, Heripulane berasal dari
Latulailosate. Dalam perjalanannya ternyata Soa Malafute kemudian menduduki
NEGERI TOMARALA namun sebagai Negeri yang pertama atau warga baru yang
menempati Tomarala, mereka harus berperang merebut Negeri TOMARALA dari warga
yang sudah mendiami sebelumnya sehingga terjadi beberapa kali peperangan:
a.Perang Kuako yaitu, warga
waelaruno berperan melawan Sultan Tidore
b.Perang kari ele yaitu, warga
waelaruno berperan melawan Latumarikunu dari seram utara
c.Perang Besi yaitu, tiga soa
diatas berperang melawan orang negeri besi, hal ini terjadi adalah atas dasar
permintaan bantuan dari Negeri Tamilouw
d.Perang Kakaulate/batu
pamale, yaitu tiga soa berperang melawan Sepa, sepetuanan (7 kampung)
Semua peperangan oleh marga
waelaruno yang dibantu oleh dua saudaranya yakni Soa Lumakika dan Soa Waralatu.
Setelah peperangan kakaulate, masyarakat Tomarala/waelaruno menuju Nusafufui
(Waeekoa Warua), terus turun ke Tomarala untuk berperan melawan Sultan Tidore.
Dengan terusirnya Sultan Tidore dari Kuako maka marga Watimena/Lokolo anyo dari
Banda dan Ruhupessy dari Kumulate diatas ruatamasuk di Negeri Tomarala dan
menerima kehdiran tiga marga itu adalah marga Waelaruno yang pada saat itu
berkedudukan pertama di Tomarala.
Sebelum menuju Tomarala dan
bertemu di Kakaulate ketiga Soa yakni Soa Malafute Soa Lumakika Soa Waralatu
sepakat membangun rumah adat (Baeleo) untuk masing-masing soa. Dalam pertemuan
ketiga soa (marga) di kakulate mereka sepakat melakukan perjalanan ke Nusafufui
mereka, dari Nusafufui menuju Kariele dan melanjutkan perjalanan ke Nama (Belakang PLN) yang namanya Yahalatan, dan
sebagian masyarakat menuju wilayah Pulapa.
Saat terjadi bencana alam
tahun 1899, masyarakat yang tinggal di pulapa tidak terkena stunami, karna pada
saat air naik OYANG SOYO tikam tebu-tebu di ujung ombak, dan air laut tidak
bisa melewtinya. Karena terancam stunami sehingga dari nama, mayarakat
bergabung dengan masyarakat dari pulapa melakukan perjalanan kembali ke
Karielle/Lasaputtu. Rencana selanjutnya akan merencanakan ptu wilayah yang
berjalanan ke Teputi/Lapui tapi atas musyawarah orang tua-tua tidak setuju
dengan tempat itu. Lalu diptutuskan bersama bahwa mereka harus menuju bagian
timur yakni satu wilayah yang bernama FULULU, namun oleh pemerintah Belanda
masyarakat Nama diperintahkan untuk turun menempati daerah pesisir pantai. Dan
atas hasil musyawarah hasil orang tua-tua maka tempat yang mereka diami
dinamakan “HARURU” YANG DIPILIH DARI NAMA SUNGAI HARURU yang mengalir dalam
Negeri sampai dengan saat ini. Mereka selanjutnya membentuk pemerintah Negeri
HARURU dan dipimpin oleh SAMAHUA (Nama potong pusa). Dari mataruma/Marga
Waelaruno.
Setelah menempati Negeri
Haruru yang dituntun oleh seorang guru injil yang bernama TURUPOLY membaptis
warga Nama diantaranya: Jonathan
Somahua, Sang pemimpin Negeri Haruru. Selain Jonathan Samahua juga dibaptis
Sahufune(Nama potong pusa) yang setalah memeluk agama Kristen Protestan berubah
nama menjadi Yohanis Waelaruno dan Fransina Waelaruo. Itulah awal masyarakat
Nama mulai meninggalkan agama sukunya dan memeluk agama Kristen, dan itu mereka
membanngun sebuah tempat ibadah (Gereja) untuk menyembah Tuhan. Dalam
perkembangan ternyata warga Negeri Haruru tidak lagi mendengar tita dari
Jonathan Samahua melaporkan kondisi masyarakat kepada conteller (camat) dan
selanjutnya ditunjuk Yohanes Lokollo sebagai pemimpin sementara Negeri Haruru
karna memiliki hubungan darah dengan masyarakat Negeri Haruru setelah
berakhirnya masa tugas Yohanis Lokollo, oleh pemrintah Belanda menugaskan
Abraham Halattu Raja Negeri Amahai untuk mengurus keperluan masyakat Negeri
Haruru.
Masa Pemerintahan Belanda pada
tahun 1911, Masyarakat Negeri Haruru membangun sebuah gedung gereja, Namun pada
tahun 1915 masyarakat Haruru diperintahkan oleh pemerintah belanda, haruru
dipindahkan lagi NAMASULA, selanjutnya pada tahun 1917,disuruh balik ke Haruru.
Pada masa pemerintahan Belanda ternyata agama Kristen protestan berkembang
cukup pesat ini ditandai dengan hadirnya guru-guru injil antara lain : Bapak
Peletimu, Bapak Sipahelut, Bapak Ayal, Bapak Mailoa, Bapak Berhitu, Bapak
Sitaniapessy, Bapak Picanussa, Bapak Purimahuw, Bapak Mustamu, Bapak Laisinna
dan Pendeta Bur Patiasinna
Setelah masa pemerintahan
Abraham Hallatu Kepemimpinan atau Raja Negeri Haruru dipimpin oleh :
a.Bapak Demianus Maatoke yang
diminta oleh masyarakat Haruru karena saat itu marga Waelaruno belum menyiapkan
seorang yang memimpin Negeri Haruru Bapak Demianus Maatoke memimipin Negeri
Haruru dari tahun 1947 sampai 1969
b.Oleh karena usia maka beliau
diganti oleh bapak Thimothius Waelarunno
sebagai pejabat Pemerintah Negeri Haruru dari tahun 1989 – 1997
c.Tahun 1997 dilaksanakan
pasca demokrasi Dinegeri Haruru dengan dua calon pemerintah yaitu : Nyonya
Hanna Pattinaya/Maatoke, dan Bapak Lambertus Lernaya dan hasilnya dimenangkan
oleh Nyonya Hana Pattinaya Maatoke yang memerintah dari tahun 1997 sampai tahun
2005
d.Tahun 2011 dipimpin oleh
Thimotius Waelaruno sampai saat ini.
Setelah Nyonya Hanna
Pattinaya/Maatoke selesai masa tugasnya, kepemimpinan Negeri Haruru menjadi
kosong dan oleh pemerintah kabupaten Maluku tengah menunjuk beberapa pejabat
untuk menyelenggarakan tugas pemerintahan di Negeri Haruru antara lain:
a.Pjs Nyonya Hanna
Patinaya/Maatokee
b.Pjs.Drs Astail Walalayu
c.Pjs Paulus Sahertian
d.Pjs. Yohanis Waelarunno
Adat istiadat masih
dipertnahankan dan dilakukan pelantikan upulatu Negeri Haruru dengan diawali
dengan acara adat di batu pamale yang berlokasi di kakaulate , ada juga adat
perkawinan, adat penyerahan anak, adat sasi negeri yangsudah disesuaikan dengan
sasi gereja. Juga tarian persahabatan yang dinamakan “Maku – maku” masih tetap dilestarikan bila acara – acara
adat, seperti Negeri-negeri adat lainnya maka Negeri Haruru mempunyai saudara
gandong ialah negeri wailulu yang terletak di kecamatan seram utara.
by : Maryo Waelaruno